Minggu, 29 September 2013

A lil Planning

Kasian blog ini. Dibikin trus di postingin beberapa trus ditinggalin. Oke.. aku punya beberapa cerita yang nanti kalo ada waktu bakal aku share. Dan beberapa minggu terakhir aku udah namatin beberapa buku bagus. Nanti aku juga punya rencana nge-review bukunya. Tunggu ya..

Wish and dream

Ada kalanya kamu harus terus berharap dan bermimpi. Lalu memperjuangkannya. Namun ada kalanya kamu harus berhenti.

Reasons of my new weekend duties : cycling

Kenapa sekarang jadi suka bersepeda?
Kenapa memilih maen sepeda sebagai kegiatan pagi saat weekend ?
Kenapa rela bangun pagi-pagi di weekend yang indah hanya untuk bersiap-siap dan melawan dingin saat menuju lokasi arena bersepeda ?
Kenapa HARUS bersepeda bukan olahraga yang lain ?

Well, alasan yang ada sebenarnya cukup pribadi. Alasan yang mungkin bisa menyebabkan lebaynisme dalam postingan saya kali ini. Tapi tak apa.. Salah satu fungsi blog adalah memang sebagai diary online kan ? Just feel free to post anything.

Oke kita mulai. Tidak ada alasan utama dan khusus sebenarnya. Sama. Semuanya. Atau mungkin sebenarnya tidak ada alasan. Hanya 'alasan' yang dipaksakan untuk ada. Akan terdengar lucu kan? jika kita tiba-tiba melakukan hal baru secara rutin tanpa alasan. Mungkin tepatnya itu kegiatan pelarian. Pelarian yang membawa kepada hal-hal menyenangkan. Pelarian yang mempertemukan saya dengan semangat baru. Sudah menemukan alasan yang saya maksud ? Belum ? Oke kita lanjutkan.

Mungkin ada baiknya kita flashback ke masalah saya terlebih dahulu. Mengenai penyakit yang saya idap. Saya pribadi tidak tahu nama penyakitnya. Dokter hanya mengatakan terdapat gangguan elektrolit di otak saya. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya tumpukan zat kimia di otak saya yang kemungkinan berasal dari makanan yang tidak sehat. Salah duanya adalah terlalu banyak pikiran yang saya timbun disana. Saya akui bahwa saya adalah seorang introvert. Perpaduan tumpukan zat kimia dan pikiran tadi rupanya menghasilkan efek jelek pada tubuh saya : kejang/kram tiba-tiba pada tangan kanan saat saya tidur dengan kondisi jiwa/fisik saya yang sedang tidak baik. Bisa ditebak, dokter menghujani saya dengan berbagai macam obat, daftar makanan yang harus saya hindari ataupun konsumsi, serta tak lupa petuah-petuah panjang yang saya tangkap intinya adalah tentang keharusan saya untuk tetap rileks, tidak memikirkan terlalu mendalam jika ada masalah, berolahraga yang menyenangkan lalu menjaga agar badan dan pikiran tidak terlalu capek. Singkatnya, fisik dan pikiran saya tidak boleh melewati batas 'santai'.

Point penting dari cerita panjang saya tadi terdapat di akhir. 'Berolahraga yang menyenangkan' cukup untuk memberi jawaban atas pertanyaan tentang alasan tadi. Tapi jika anda yang membaca cukup cerdas, pasti akan langsung mengajukan protes. Ya, belum semua pertanyaan terjawab. Jawaban tadi hanya untuk pertanyaan kenapa saya tiba-tiba suka bersepeda saat weekend?. Sementara pertanyaan kenapa memilih sepeda belum terjawab. Kita berceritera panjang lagi untuk melengkapi jawaban atas semua pertanyaan yang tadi menjadi pembukaan postingan saya kali ini.

Sebelum bersepeda saya memilih berjalan kaki atau jogging sebagai bentuk olahraga saya untuk menggerakkan anggota badan. Kebetulan jarak dari rumah saya yang satu dan satunya lagi bisa dijadikan 'jogging track'. Apapun bentuk bolahraganya pastinya bagus untuk tubuh. Tapi rupanya yang ini belum memberi efek yang cukup bagus untuk jiwa/pikiran saya. Saya mulai merasa ini sia-sia. Lalu kebetulan lagi, kira-kira 1 atau 2 bulan yang lalu saya bertemu dan menjalin komunikasi kembali dengan 'cinta lama dan tetap' saya (memalukan, ujung-ujungnya tentang cinta). Dia menyukai olahraga dan menyarankan saya untuk rutin berolahraga. Saya seperti menemukan semangat baru. Saya memaklumi bila kalian menebak inilah alasan yang tadi belum terjawab. Tapi maaf, ini bukan sepenuhnya alasan itu. Atas semangat baru ini saya kembali giat melanjutkan berjalan kaki/jogging di pagi hari. Dan saya merasa bahagia melakukannya. Bahagia yang sebenarnya lebih disebabkan karena adanya dia bukan karena olahraga ini. Saya berolahraga sendiri ? Ya. Kenapa tidak berdua dengan dia, bukannya kamu bilang tadi dia suka berolahraga ? Karena dia lebih menyukai basket dan karena kami jauh. Tidak sekota. Jika sudah bahagia dan cocok dengan olahraga itu dan mendapat efek yang bagus untuk fisik dan jiwa kamu lalu kenapa beralih ke bersepeda? Yah, hidup tidak bisa ditebak. Ada saatnya hidup membuat kamu melambung tinggi, lalu akan tiba juga saatnya kenyataan menghempaskanmu jatuh dengan begitu kuat. Seperti yang sudah saya katakan, kami tidak sekota. Dan pada suatu hari kami bertengkar via chat apps. Dan sejak itu kami putus komunikasi. Yang menambah rasa sesak adalah ingatan akan kata-kata terakhir dia. Sedih lalu datang sang rindu yang menyiksa. Menekan kembali beban pada fikiran saya yang sebelumnya telah membaik. Rindu. Ibarat memelihara anjing galak lalu dengan perjuangan kamu mampu menjinakkannya membiarkannya lelap tertidur dalam kandangnya namun tiba-tiba terbangun lagi dan menyalak-nyalak menggonggong keras bahkan menggigitimu. Saya yakin kalian mengerti bagaimana rasanya.
Dari sana saya pelan-pelan mengerti. Saya pelan-pelan menerima. Ikhlas. Semuanya. Dan kebetulan lagi dan lagi, pekerjaan memperkenalkan saya pada seseorang yang ikut punya andil dalam cerita 'bersepeda' ini. Seorang bankir kepada siapa saya dulu pernah berurusan. Kami ngobrol via chat dan dia mengajak saya untuk bersepeda ketika weekend. Saya meng-iya-kan ajakan dia dan mengatakan akan datang bersama teman saya. Kenapa saya iyakan ? Karena saya pikir ini tepat. Tepat ketika saya membutuhkan kegiatan dan tepat ketika saya membutuhkan pelarian. Olahraga yang dulunya orientasi saya adalah karena penyakit dan kesehatan, kini terkontaminasi oleh alasan pelarian. Saya butuh kegiatan menyenangkan untuk membunuh bibit penyakit pada fisik dan pikiran. Saya butuh kegiatan untuk menyamarkan rindu. Terbukti, sampai saat ini kegiatan olahraga saya masih berlangsung. Saya merasa fun bersepeda dengan dia dan teman-temannya dan juga dengan teman-teman saya. Dia dan teman-temannya memang anak klub sepeda di kota saya. Saya menyukai mereka ? Ya. Saya naksir mereka? Mungkin tidak. Saya, teman-teman saya dan mereka cukup cocok untuk melakukan hal-hal gila dan menciptakan tawa. Lalu apakah rindu tadi menjadi hilang ? Tidak. Belum. Tapi setidaknya saya sepertinya akan bisa menjinakkan dan melelapkan kembali si anjing yang sekarang sudah mulai menurunkan volume gonggongannya.

Dan begitulah.. seperti yang sudah saya katakan di awal, ini pelarian. Alasan bersepeda itu mungkin hanya paksaan untuk membuat dari tidak ada menjadi ada.. Inti dari bersepeda ini saya yakin  sudah kalian dapatkan.

-----

SETTING PLACE: ON TWITTER. TIME:DAYS AGO AND NOW.
DULU : "@xxx : kalo lagi kangen kalian bakal ngapain? #kepoaja"  RTed : baca buku, dengerin musik.
SEKARANG : "@xxx : kalo lagi kangen kalian bakal ngapain? #kepoaja"  RTed : baca buku, dengerin lagu, dan...... bersepeda.

***